Disclaimer
Payung Merah adalah media yang menyediakan bacaan dan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
“Anak zaman kini menyebutnya zaman telah berubah; anak zaman dulu berkata dunia sudah kebalik.”
Perubahan Zaman! Enaknya Kerasa Banget – Hidup terus berjalan, waktu terus berlalu, jiwa yang tiada akan tetap hidup, namun nama tidak akan selalu dikenang. Dalam hidup, pasti kita akan menemui satu orang suci dari duapuluh orang terdekat kita.
Kawan terdekat saya Andes, pernah mengatakan bahwa waktu selalu ada, tapi orang yang ada di dalam ruang waktu tersebut tidak akan selamanya ada. Hal ini menyadarkan saya untuk tidak pernah berkata tidak ada waktu, khususnya bagi orang yang saya sayangi.
Bila kita tarik dalam kehidupan dunia saat ini banyak orangtua yang lupa menghabiskan waktu bagi anak-anak mereka. Tuntutan pekerjaan ataupun tuntutan sosial menjadikan anak lebih banyak menggandrungi gadget mereka.
Baca Juga: Hoax dan Jurnalisme Netizen: Sebuah Fenomena
Berubahnya paradigma mengenai perempuan yang dulunya dianggap hanya pekerja rumah tangga berperan besar terhadap pertumbuhan anak dan peran pengendalian sosial dalam keluarga. Tidak heran anak-anak masa kini mengalami masa puber yang lebih cepat dibandingkan bertambahnya umur anak.
Sebagai masyarakat Indonesia yang katanya budaya timur-nya sangat kental, tentu banyak dari anda tahu mengenai kesucian perempuan terletak pada keperawanan yang mereka miliki.
Namun kini hal-hal tabu seperti itu tidak lagi menjadi penting bagi sebagian mahkluk hidup di Indonesia sehingga muncul banyak pernyataan “apa masih penting membahas hal seperti itu?”
Esensi dan Situasi dari Perubahan Zaman
Salah satu esensi dari perubahan zaman adalah berubahnya pemahaman antara yang benar dan tidak benar. Salah satu contohnya ya mengenai keperawanan.
Perubahan yang terjadi beriringan dengan budaya yang masuk dari luar dan bercampur pada kearifan lokal yang dimiliki sebuah bangsa.
Baca Juga: Popularitas dan Elektabilitas Pilkada Serentak 2018 dan Menjelang Pemilu Pilpres 2019
Situasi bangsa Indonesia justru kekuatan budaya asing sangat besar dan mengikis kearifan lokal masyarakat. Salah satu contohnya adalah definisi mengenai kulit cantik, anda tentu dapat mendapati iklan sabun dimana terdapat pernyataan dapatkan kulit putih cantik dengan menggunakan sabun tertentu.
Setelah iklan tersebut, banyak orang yang menginginkan kulit mereka menjadi putih agar terlihat seperti bule. Banyak hal yang ada di negara ini saat ini bukanlah jalan Indonesia melainkan jalan asing.
Lihatlah keadaan bangsa saat ini, banyak anak yang dididik untuk mempelajari bahasa Inggris sampai lupa untuk berbicara bahasa Indonesia.
Di saat bangsa lain mempelajari kearifan lokal di Indonesia dan mulai mengaplikasikannya pada kehidupan masyarakat mereka karena melihat kearifan lokal yang ada di Indonesia adalah sebuah “berlian”.
Salah satu contohnya adalah jamu, ya minuman tradisional ini menjadi salah satu cara mereka untuk mengatasi makanan-makanan instan yang mengakibatkan tingginya penyakit di negara-negara eropa dan Amerika Serikat. Di saat yang sama negara ini lebih bangga untuk menikmati makanan cepat saji.
Baca Juga: Merajalelanya Kemiskinan di Indonesia
Esensi musyawarah dalam negara ini juga hampir punah, demi mengutamakan kecepatan dari hasil maka opsi voting diambil untuk mempermudah dan mengakomodir kepentingan elit-elit tertentu. Kita tidak boleh lupa bahwa negara ini dibangun dari hasil musyawarah bukan melalui pengambilan suara.
Perubahan musyawarah ini juga terjadi dalam penyelesain masalah dalam masyarakat. Banyak orang tidak lagi mengedepankan diskusi antar pihak-pihak terkait untuk mengetahui sumber masalah sesungguhnya namun memilih opsi mengadukan hal ini kepada kepolisian.
Sangat disayangkan angka pemolisian pada pihak yang tidak disenangi justru meningkat pada perkembangan teknologi yang begitu sophisticated saat ini.
Baca Juga: Agama Sebagai Energi Pembebasan
Anda dapat menemukan masalah kecil di media sosial dapat menjadi besar karena dibawa ke ranah hukum, mungkin masalahnya hanya tersinggung karena opini yang bersangkutan berbeda dari pemikiran orang lain.
Mungkin persekusi adalah bentuk terburuk dari musyawarah namun selama dilakukan dengan tujuan dan cara yang positif, persekusi dapat menemukan bentuk terbaik dari komunikasi masyarakat Indonesia yang kini lebih fokus pada kecanggihan teknologi dan sedikit mengesampingkan komunikasi tatap muka.
Zaman pasti akan terus berubah dan berganti namun ada beberapa prinsip dan fondasi yang kita pegang teguh sebagai bangsa. Jadilah tuan dari zaman bukan menjadi budak dari zaman dan jangan takut terhadap perubahan.
Perubahan lah yang membuat tingkat keselamatan menjadi tinggi dan daya untuk beradaptasi menjadi tangguh. Kalau Amerika Serikat memiliki slogan “American First”, Indonesia memiliki Jadilah Tuan Rumah di Negerimu Sendiri.
Gambar: RMIT University
Salurkan Pemikiranmu!
Ingin artikelmu diterbitkan seperti ini? Kamu bisa! Yuk, salurkan pemikiranmu lewat artikel opini dan listicle di Payung Merah!
Gabung LINE@