Disclaimer
Payung Merah adalah media yang menyediakan bacaan dan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Sistem Nafsani: Nurani Sang Komplementer – Sering kali orang menyebutnya sebagai hati nurani atau suatu panggilan dari dalam jiwa yang memberikan arahan kepada individu untuk berbuat kebajikan.
Baca Juga: Sistem Nafsani: Akal Menurut Fungsi & Tujuannya
Nurani atau نورني yang bermakna sebangsa cahaya (mengandung unsur cahaya – kebaikan) dan berada dalam diri manusia yang dalam terminologi Al-Qur’an disebut sebagai بصيرة atau pandangan mata bathin terhadap suatu hal (Mubarok, 2009: 18).
Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri.
– (QS. Al-Qiyaamah: 14)
Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauzy, بصيرة adalah suatu cahaya yang disematkan oleh الله dalam hati manusia yang suatu waktu dapat memberikan peringatan dan panggilan untuk membawa diri manusia tersebut ke jalan kebaikan.
Namun, pada prakteknya, kinerja nurani sering direduksi oleh akal ataupun hati sehingga ada manusia yang berbuat jahat kepada sesama.
Baca Juga: Sistem Nafsani: Hati sebagai Penyeimbang dan Penentu
Analogi nurani adalah air yang jernih, bening dan tenang, tetapi jika dicampuri oleh cairan lain atau disisipkan suatu benda lain dapat mempengaruhi fungsinya. Individu yang bertindak jahat, dia seperti mencampurkan tinta hitam ke dalam air tersebut sehingga telah berubah rasa dan warnanya.
Bahkan, semakin banyak kejahatan yang dilakukan, semakin banyak pula tinta hitam yang terbaur dengan air, dan semakin lemah-lah fungsi hati nurani dari waktu ke waktu. Hingga suatu saat nanti hati nurani tidak lagi berfungsi dan teridentifikasi mati, seiring perbuatan bathil dan zhalim yang dilakukan semakin banyak.
Baca Juga: Sistem Nafsani: Unsur Metafisik di Balik Diri dan Perilaku
Bagi orang yang berbuat kebajikan, nuraninya senantiasa terjaga terlebih dalam tiap amal yang ia perbuat, ia mengingat Sang Maha Pencipta agar meningkatkan ke-taqwaannya. Dengan nurani seseorang tidak hanya mampu mendengar kebajikan, tetapi juga melihat kebajikan dari lubuk hati yang paling dalam.
Penglihatan dan pendengaran inilah yang dalam literatur tasawuf memberikan seseorang kemampuan mendekati ma’rifatullah dengan jalan membersihkan hati dan konsisten di jalan kebenaran. Sebagaimana nurani diciptakan untuk menetapi kebenaran yang الله buat yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits agar manusia mengikuti panduan tersebut untuk lulus hidup di dunia.
Gambar: Look.com.ua
Salurkan Pemikiranmu!
Ingin artikelmu diterbitkan seperti ini? Kamu bisa! Yuk, salurkan pemikiranmu lewat artikel opini dan listicle di Payung Merah!
Gabung LINE@