Disclaimer
Payung Merah adalah media yang menyediakan bacaan dan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
The snake kills by squeezing very slowly. This is how the civilized world slowly, slowly pushes into the forest and takes away the world that used to be.
– James Cameron
Pembiaran Kejahatan Lingkungan: Apa dan Bagaimana? – Kejahatan lingkungan, fenomena yang sudah lama terjadi namun belum lama disadari telah merusak bagian dari kehidupan dunia yang telah dinikmati sebelumnya.
Dapat berupa apa saja, kita dapat menemukan pembakaran hutan yang disengaja, pembuangan limbah pabrik secara sembarangan serta segala perbuatan yang menimbulkan korban bagi masyarakat namun juga makhluk hidup seperti tumbuhan dan ekosistem alam.
Di Indonesia, masalah kebakaran hutan bukanlah masalah yang datang dan kemudian pergi menghilang. Setiap tahunnya anda dan saya akan melihat sebuah headline di media massa “Kebakaran Hutan Kembali Menghantui Indonesia”.
Inilah logika yang tidak terbangun dalam masyarakat, kita semua tahu bahwa akan ada momen hutan terbakar namun mengapa usaha pencegahan yang telah dilakukan tidak berjalan dengan efektif dan efisien.
Baca Juga: Analisa Intelijen dalam Aksi Super Damai 2 Desember 2016
Apakah ada permainan dalam kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia? Atau dengan kata lain Apakah ada kemufakatan jahat dari sektor bisnis yang memanfaatkan Ladang berpindah yang dilakukan masyarakat di hutan Indonesia?
Masalah kejahatan lingkungan telah lama terjadi di Indonesia, dimulai dari dahulu hingga saat ini, seperti contohnya yang terjadi dalam beberapa bulan belakang dimana hutan-hutan di Indonesia khususnya di daerah Sumatera dan Kalimantan terbakar atau ditengarai sengaja dibakar.
Penanggulangan yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah Indonesia secara cepat dianggap dalam permasalahan ini masih belum secara maksimal dilakukan dan muncul bahwa anggapan bahwa respon pemerintah akan masalah hutan terbakar sangat lambat hingga dugaan bahwa adanya perusahaan yang diduga melakukan kejahatan ini.
Penyelesaian akan dugaan terjadinya tindakan yang disengaja ini sampai saat ini pun masih belum jelas bagaimana lanjutannya karena media juga tidak lagi terfokus mengangkat isu tersebut akibat telah berlalunya peristiwa yang terjadi dan media yang tidak secara terus menerus mengangkat sebuah topik masalah dalam sebuah keberlanjutan namun hanya dalam konteks popularitas sebuah berita dan apa yang akan didapat dalam sebuah kepentingannya dalam berita yang diangkat.
Baca Juga: Jurnalisme Tipu Daya – Media yang Terpenjara
Hal ini terjadi mungkin karena media di Indonesia yang dikuasai oleh politikus-politikus yang memiliki kepentingan dalam posisi politiknya sehingga di dalam permasalahannya media yang disetir kekuasaan akan cenderung untuk melakukan pemberitaan yang bias demi mengangkat dan mengakomodir kepentingan tertentu.
Dalam permasalahan kejahatan lingkungan ini mengapa diangkat menjadi contoh sebuah viktimisasi dalam kriminologi kritis karena adanya kemungkinan korbannya yang bukan tunggal namun dapat memiliki korban yang beragam dan juga pelakunya yang diduga adalah penguasa dalam struktur sosial. 1
Munculnya kriminologi kritis ini ditandai dengan adanya anggapan skeptis terhadap teori individualistik yang menjadi sebab kejahatan muncul dan juga adanya perubahan interpretasi motif dalam aksi yang dilakukan oleh agensi-agensi yang berhubungan langsung dengan kejahatan tanpa adanya kesadaran untuk melihat sistem sosial yang ada dalam masyarakat dan kemungkinannya menyebabkan kejahatan itu muncul.
Baca Juga: Nasionalisme Sang Menteri Perikanan dan Kelautan: Susi Pudjiastuti
Hubungannya dengan viktimisasi yang terjadi masyarakat yang secara langsung menjadi korban kejahatan ini ialah mereka yang berada langsung berdekatan dengan lokasi namun hal ini dapat menimbulkan korban berikutnya seperti yang terjadi dalam masalah tersebut dimana ternyata asap dari kebakaran hutan tersebut merambah ke daerah lain bahkan juga ke negara lain dimana Singapura dan Malaysia adalah menjadi destinasi terbangnya asap. 2
Ditambah lagi Filipina dan Thailand yang menjadi negara yang dilalui kabut asap tersebut dan adanya kerugian yang diterima dalam perekonomian akibat situasi yang terjadi pada tahun 2016 lalu di Indonesia.
Permasalahan kebakaran hutan di Indonesia bukanlah masalah baru dalam keseharian masyarakat di Indonesia namun merupakan masalah yang telah ada jauh ke belakang dimana sebelumnya juga terjadi pada tahun 1997 dan era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono.
Baca Juga: Universalitas Kebenaran Agama dan Agama Yang Benar
Keberadaan lembaga BNPB sebagai lembaga yang bertugas dalam penanggulangan bencana dan bahkan pemerintah tentunya telah mengetahui titik api itu berada di area mana saja namun pada saat penanggulangan terjadi tidak hal signifikan yang diperoleh dengan adanya informasi yang cukup lengkap mengenai hal ini.
Selain menimbulkan penyakit pernapasan dan juga kerugian dalam aktivitas ekonomi permasalahan kebakaran hutan tidak dapat dilihat sebagai masalah yang kecil, dampaknya bagi keberlangsungan lingkungan dan juga efek bagi masyarakat yang di hidup dalamnya perlu diperhatikan secara seksama oleh pemerintah.
Dengan menggunakan pendekatan konflik dalam maslaah ini dapat dilihat perusahaan yang diduga menjadi sebab dan dianggap memiliki andil dalam pembakaran hutan tidak jelas sampai dimana kasus ini beralan.
Baca Juga: Amien Rais: Dia yang Prestasinya ‘Hanya’ Membawa Kita ke Era Reformasi
Dengan kekuasaan yang dimiliki oleh sebuah perusahaan dengan potensinya mendorong perekonomian nasional sehingga memiliki bargaining position membuat sistem kekuasaan akan cenderung condong pada penguasa dan dengan konteks hukum yang dianggap sebagai hal yang menguntungkan bagi mereka tidak pada masyarakat yang tidak memiliki kekuasaan.
Gambar: Mongabay
Salurkan Pemikiranmu!
Ingin artikelmu diterbitkan seperti ini? Kamu bisa! Yuk, salurkan pemikiranmu lewat artikel opini dan listicle di Payung Merah!
Gabung LINE@