Teori Kepribadian - Penjelasan Perkembangan
Gambar: Quirky
Disclaimer

Payung Merah adalah media yang menyediakan bacaan dan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.


Teori Kepribadian: Penjelasan & Perkembangannya – Masa klasik, perkembangan ilmu pengetahuan dimulai oleh pemahaman filosofis mengenai kehidupan.

Cendikiawan asal Yunani kuno seperti Hipokrates, Plato dan Aristoteles menawarkan berbagai konsep mengenai jiwa yang berpengaruh kepada perkembangan kepribadian manusia (Hall, Lindzey & Campbell 1998, h. 2).

Lalu, pada abad ke-17, Rene Descartes yaitu seorang filsuf kenamaan asal Perancis yang kini diakui sebagai Bapak Psikologi Modern, membagi individu ke dalam dua bagian yang saling berinteraksi, yaitu tubuh dan pikiran (Hall, Lindzey & Campbell 1998, h. 435).

Baca Juga: Kontroversi KPK: Lembaga Independen yang Politis

Namun jauh sebelum itu, tepatnya pada abad ke-12, Imam Al-Ghazali rahimahullah telah menjabarkannya dalam buku legendarisnya yaitu Ihya Ulumuddin, yang menjelaskan setidaknya tiap individu terdiri dari 3 bagian; jasadiyah (tubuh), ruhaniyah (nyawa) dan nafsiyah (diri).

Kitab Ihya Ulumuddin di kemudian hari banyak dijadikan sandaran sebagian pengkaji ilmu kejiwaan Islam, terutama psikologi sufistik, untuk menelaah lebih dalam mengenai keterkaitannya dengan psikologi modern yang kini tengah berkembang pesat, baik segi praktis maupun akademisnya.

Dewasa ini, kajian terkait psikologi yang berlandas pada pendekatan rasionalitas dan faktor-faktor objektif yang dilihat dari perilaku seseorang tengah berkembang dengan pesatnya.

Bagi teori kepribadian sendiri, terdapat dua generalisasi yang terjadi yaitu menjadi perselisihan dalam perkembangan psikologi dan berfungsi pada masing-masing orientasi yang dijabarkan oleh tokoh-tokoh seperti Sigmund Freud, Carl Jung dan William McDougall di awal abad ke 20 (Hall, Lindzey & Campbell 1998, h. 4).

Baca Juga: Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organis: Dilema Mayoritas VS Minoritas

Figur tersebut sangat berperan dalam perkembangan teori kepribadian karena profesi mereka sebagai psikoterapis yang mengerti tentang obat-obatan.

Kepribadian dapat didefinisikan sebagai pola karakteristik sebagai hasil khusus dari pemikiran, perilaku dan emosi yang muncul pada gaya kepribadian seseorang dengan interaksinya terhadap lingkungan sosial dan fisik (Nolen-Hoeksema et. al. 2009, h. 462).

Pribadi setiap orang berbeda-beda, meskipun kembar identik sekalipun, karena tidak berelasi dengan genetika manusia. Selain itu, kepribadian adalah dimensi terdalam jiwa seseorang yang bersifat devaluatif dan laten.

Tuntutan terhadap interaksi dengan lingkungan membuat kepribadian juga merupakan alat untuk manusia agar dapat menyesuaikan diri.

Baca Juga: Sistem Nafsani: Syahwat sebagai Naluri Alami Manusia

Lingkungan merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang. Bahkan untuk sebuah way of life seperti agama, lingkungan turut andil dalam pemilihan hal tersebut.

Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  bersabda,

 

مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلاَّ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

“Tidak seorangpun yang dilahirkan kecuali dilahirkan pada fithrah(Islam)nya. Kedua orangtua-nya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.”

– HR. Bukhari no. 1358-1359 dan Muslim no. 6697


Sigmund Freud memulai karirnya sebagai seorang neurologis dan kemudian merumuskan teori psikoanalisis yang mendasar pada unconscious processes dalam determinisme perilaku manusia berupa pemikiran, emosi dan aksi yang menjadi sebab terbentuknya perilaku (Nolen-hoeksema et. al. 2009, h. 467).

Teori ini menjadi acuan bagi banyak psikolog untuk mengembangkan teori perilaku, sejak tercetus di awal abad ke-20.

Tentang Teori Kepribadian

Menurut teori ini, perilaku tiap orang dilatari motif tertentu sebagai buah pemikiran atau ide yang diterapkan ke kehidupan nyata. Sebagai contoh, seorang pengusaha yang pernah mengalami kebankrutan berusaha bangkit dengan tidak mengulangi kesalahan yang pernah dia lakukan sebelumnya.

Selain itu, perasaan sakit ketika gagal memicunya untuk berusaha lebih keras lagi hingga akhirnya membuahkan aksi yang tepat untuk membangun bisnisnya lebih baik lagi.

Baca Juga: Pembiaran Kejahatan Lingkungan: Apa dan Bagaimana?

Sahabat karib Freud, Carl G. Jung, turut mengembangkan teori psikoanalisis karya Freud dengan menekankan pendekatan rasial dan pilogenetik sebagai dasar dari kepribadian seseorang yang merupakan produk dan berisikan sejarah masa silam para pendahulu (Hall, Lindzey & Campbell 1998, h. 83).

Lebih jelas lagi, Jung berpendapat bahwa secara alamiah tiap lelaki pasti akan dekat dengan wanita sebagaimana Hawa alaihassalam diciptakan untuk Adam alaihissalam. Oleh sebab itu, para keturunannya pun akan terus mencari lawan jenisnya sebagai pasangan.

Baca Juga: Analisa Intelijen dalam Aksi Super Damai 2 Desember 2016

Konsentrasi analytic theory karya Jung percaya bahwa perkembangan manusia terjadi secara konstan atau berusaha berubah dari kurang lengkap hingga mencapai tahapan sempurna dalam perkembangannya dengan tujuan mencapai self-realization (Hall, Lindzey & Campbell 1998, h. 101).1

Selain kedua orang tersebut, William McDougall memberikan kontribusi yang cukup penting dalam perkembangan teori kepribadian terutama teori social psychology yang dibangun dari paradigma Darwin tentang perilaku manusia yang menitikberatkan pada asumsi insting warisan atau tendensi.2

Baca Juga: Amien Rais: Dia yang Prestasinya ‘Hanya’ Membawa Kita ke Era Reformasi

Ketiga psikolog di atas diakui sebagai tokoh yang berpengaruh dalam perkembangan teori kepribadian terutama di awal abad ke-20 dan studi mereka bertiga masih digunakan hingga saat ini. Selanjutnya, kita akan membahas teori kepribadian kontemporer oleh Carl Rogers.


Gambar: Quirky


Salurkan Pemikiranmu!

Ingin artikelmu diterbitkan seperti ini? Kamu bisa! Yuk, salurkan pemikiranmu lewat artikel opini dan listicle di Payung Merah!

 Tulis Artikel

Gabung LINE@


Bagaimana Menurutmu?

Daftar Pustaka

  1. Keadaan ketika perbedaan bercampur secara harmonis ke dalam semua aspek dari keseluruhan kepribadian manusia dengan evolusi jiwa dari the ego menjadi the self atau diri yang sesungguhnya.
  2. William McDougall. (n.d.). Diakses pada tanggal 11 September, 2016, dari https://www.britannica.com/biography/William-McDougall-American-psychologist

Mari Viralkan Tulisan Ini!

Apa Reaksi Kamu?

Kesal Kesal
18
Kesal
Kocak Kocak
24
Kocak
Marah Marah
21
Marah
Kaget Kaget
26
Kaget
Inspiratif Inspiratif
8
Inspiratif
Keren Keren
17
Keren
Pilih Satu Format
Kuis Trivia
Serangkaian pertanyaan dengan jawaban yang benar dan salah yang bermaksud untuk menguji pengetahuan/wawasan
Opini
Tulis opini dan tambahkan elemen visual seperti gambar dan video
Listicle
Buat artikel dalam bentuk Listicle dan lengkapi dengan elemen visual